Jam Digital
Selamat Datang
Arif's Inspiring Person
Buku Tamu
Blog Archive
Labels
- Indonesia (Sport) (1)
- Jalan-Jalan (1)
- Karya Tulisku (Sumbangsih Pemikiran) English Edition (1)
- Kost Assoy (1)
- Kostku (1)
- Our Nation (1)
- Tajuk Pemerintah (1)
- Warna-Warni Kampus (2)
Hasil yang kurang baik dalam Sea Games Laos menyebabkan Menpora Andi Mallarangeng meminta PSSI untuk lebih fokus dalam pembinaan atlet sepak bola nasional daripada memikirkan mimpi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Seharusnya, PSSI lebih fokus kepada pembinaan jangka panjang dengan membentuk berbagai timnas kelompok umur yang akan dipersiapkan mengikuti kejuaraan sepak bola baik nasional dan internasional. (Media Indonesia, 2009; dengan perubahan)
KOMPAS, 21 November 2006, menjelaskan: …bahwa warisan birokrasi patrimonial modern dan masa feodalismenya di Indonesia telah menimbulkan birokrasi nepotisme, yang memberi jabatan atau jasa khusus kepada sanak dan sahabat. Dalam lingkungan yang seperti itu, korupsi dianggap sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja dan masyarakat pun tidak marah jika mengetahui berbagai tindakan korup yang telah terjadi.
Dari cuplikan artikel di surat kabar Kompas, menegaskan bahwa birokrasi merupakan keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer, yang melakukan tugas membantu pemerintah, dan mereka menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu. Menilik fungsi tersebut, keadaan birokrasi sekarang sungguh memperihatinkan. Jauh dari pengertian yang sebenarnya mengenai birokrasi itu sendiri. Namun disini, saya sebagai penulis mencoba mengurai mengenai penyebab gagalnya birokrasi di Indonesia.
Poin yang akan dikaji yakni mengenai kecenderungan untuk memelihara masalah daripada menyelesaikannya. Dengan tabiat atau perilaku seperti ini, menyebabkan para pejabat baik dari tingkat pusat maupun daerah menganggap apabila ada suatu kejadian yang penting mengenai aparaturnya atau mengenai pelayanan masyarakat, maka cenderung untuk mengerjakannya secara tidak terstruktur. Sehingga banyak sekali masyarakat yang mengeluh akibat lamanya mengurus perizinan.
Poin selanjutnya yang menjadi bahan pertimbangan adalah masih maraknya tipe aparat yang ingin dilayani daripada melayani masyarakat. Hal ini menimbulkan suatu polemik dimana banyak aparat yang akan bekerja apabila ia juga mendapatkan keuntungan. Bagaimana apabila yang dilayani oleh aparat adalah orang-orang kecil yang sangat membutuhkan bantuan misal, keringanan biaya rumah sakit. Bagaimana mereka harus ‘membayar uang pelicin’ agar urusan mereka dapat selesai dengan cepat? Padahal untuk biaya rumah sakit saja mereka membutuhkan keringanan biaya. Hal ini yang harus dapat kita kaji mengenai lemahnya birokrasi Indonesia sehingga masyarakat susah untuk mendapatkan keadilan dan welfare yang tinggi.
Kembali lagi dengan posting yang ke-2. Hari Sabtu kemaren (28/Nov/09), gw bingung banget mau ngapain. Karena kostan pada sepi banget. Masih pada ngerayain idul adha. Singkat cerita, gw ma rachman (temen kostan gw dari lampung.red), akhirnya memutuskan untuk pergi ke magetan city atau biasa disebut manhattan city. Kami mengambil rute Tawang Mangu-Sarangan-Magetan. Jadi, kita gak lewat jalur yang direkomendasikan oleh teman-teman yaitu lewat ngawi. Dan perjuangan pun dimulai,, eng.. ing… eng… (suara latar)
Kasian banget si BECM (nama motor gw.red) meletupkan suara-suara aneh dari knalpotnya saking gak kuat nanjak. Gile. Tanjakannya itu tingkat professional lah.. (lebay mode on). Tapi serius, motor kopling disarankan gak lewat rute itu. Setelah kita melewati TawangMangu menuju Lawu bener-bener hawanya dingin disertai cuaca yang berkabut. Tebel banget. Subhanallah. Pemandangannya menakjubkan. Speechless. Jalan yang dilalui agak basah karena kabut. Kami akhirnya masuk ke daerah kabut. Duh, Kabutnya membuat jarak pandang hanya 3 meter.. disitu kita merasa kecil dan gak berdaya.
Hawa dingin mulai menusuk wajah dan badan. Si rachman as a driver udah pake mantel dan jaket. Tapi masih berasa kedinginan. Apalagi gw yang cuma pake jaket. Susah banget untuk diungkapkan bagaimana rasanya.
Setelah melewati daerah berkabut, kita melalui jalan yang berliku khas pegunungan. Tapi karena medannya basah, gw ma rachman ampir aja liwat alias koid kalo gak hati-hati. Kalo dihitung-hitung udah 3x kita hampir terpeleset. Parah! Kanan-Kiri jurang.
Abis lewat sarangan kita menuju magetan, Ke tempat adhib. Lalu menjelang sore ke tempat tika.
Kita pulang dari magetan sekitar jam 7 malem dengan kondisi hujan. Whohoho
Makin Asik aja,,,
(Slogan TPI?! Lho?)
Dengan kejadian gelep-gelepan di daerah ngawi, salip-salipan dengan berpuluh-puluk bus dan mobil, serta ban bocor di sragen. Bener-bener petualangan yang mengasyikkan. Try this and you’ll find preoccupation.. hhaha